Rinjani, tak ada bukit penyesalan bagiku

Kamu itu seperti gunung Rinjani,

Aku akan memulai perjalanan menelusuri jalur mu yang landai, berliku, curam, terjalnya bebukitan disekitar mu seperti bukit penyesalan, hmm… Ada semangat yang membara dipundakku, saat ku angkat ransel dan ku langkahkan kaki ku.

Entah, belum terbayangkan oleh ku jenis hewan dan tumbuhan apa yang ku temui nanti. Ular berbisa, babi hutan yang kelaparan, atau serangga dan tumbuhan yang dapat membuat gatal disekujur tubuhku.

Aku juga tak tau di mana terdapat sumber air bersih untuk minum dan merebus mie instant.

Disaat bersamaan, ada rasa takut dan khawatir fisik ku tak kuat dan drop ditengah perjalanan, atau bekal ku habis sebelum sampai di pos berikutnya.

Bahkan aku takut pendaki lain meninggalkan ku sendiri, acuh tak acuh sibuk dengan perjalanan masing2.

Belum lagi cuaca yang tak menentu,

Panas, hujan, angin yang kencang, dan Dinginnya malam bisa menjadi penghalang terberatku.

Sungguh, aku ingin sekali berdiri di puncak tertinggi itu, bersama mu.

Karena itu aku mohon kerjasama mu, Jodoh!

Bersama mu, aku optimis, 

Seperti Rinjani, perjalanan ini akan dihiasi dengan lukisan alam nan elok, menyejukkan hati siapapun yang melihatnya.

Akan ada binatang seperti kupu-kupu, burung-burung langka dengan warnanya nan indah dan tumbuhan yang ramah serta bisa menjadi obat saat aku lapar dan terluka.

Akan ada air segar yang tak ku dapat di tempat lain,yang mengalir dari sumber mata air yang paling dicari.

Akan ada ‘kita’, akan ada kau dan aku, sebuah tim yang solid yang membuat khawatir hilang karena semangat dan canda tawa yang tak pernah henti sepanjang perjalanan.

Tak akan ada lagi rasa takut, karena kau akan selalu bersama ku dan tidak akan pernah meninggalkan ku. 

Aku percaya,

Seperti Rinjani, kita bisa bersama-sama menuju puncak itu.

Di puncak itu kita akan tertawa tersenyum menangis bahagia atas doa yang selama ini selalu kita ‘aamiin’-kan bersama, hasil kerja keras me-lobby yang Kuasa tuk mengijinkan kita selalu bersama, serta tekad yang kuat meraih ridho Nya, lillahita’ala.

Kan ku ingat selalu bagaimana Allah mempertemukan dan mengarahkan ku padamu. 

“Dekati dulu Pencipta nya, baru dekati ciptaan-Nya.”


Untuk mu, Jodoh.

Renungan malam Senin,

Jakarta, 18 Juni 2017

2 comments

Tinggalkan Balasan ke mbiesap Batalkan balasan